Belajar Sejarah tentang Kota Rafah—Setelah terus menerus melakukan pembantaian di jalur Gaza, Israel memperluas serangannya hingga ke Rafah. Tercatat sejak tanggal 6 Mei 2024, Israel menyerang penduduk Gaza yang mengungsi ke Rafah. Israel bahkan melakukan pengeboman dan pembakaran pada tenda-tenda pengungsi di Rafah. Operasi ini dimulai dengan serangan udara pada 6 Mei, diikuti oleh masuknya pasukan Israel ke bagian tepi kota pada 14 Mei. Apa yang menyebabkan Israel memperluas serangannya ke Rafah? Bagaimana sejarah kota tersebut?
Sejarah Kota Rafah
Kota Rafah, yang disebut dengan nama Arab رفح Rafaḥ [rafaħ], terletak di sebelah selatan Jalur Gaza, Palestina. Berjarak 30 kilometer (19 mi) di sebelah barat daya Kota Gaza, Rafah adalah ibu kota Kegubernuran. Pada tahun 2017, 171.889 orang tinggal di kota ini. Sepanjang Perang Israel-Hamas, Israel melakukan pengeboman dan serangan darat yang signifikan di Kota Gaza dan Khan Yunis. Akibatnya, sekitar 1,4 juta pengungsi diperkirakan berlindung di Rafah pada bulan Februari 2024.
Mesir mengontrol Rafah setelah Perang Palestina 1948 dan mendirikan kamp pengungsian untuk korban perang Palestina. Selama Krisis Suez, Pasukan Pertahanan Israel membunuh 111 warga Palestina, termasuk 103 pengungsi di kamp pengungsian Rafah. Pada Perang Enam Hari, tentara Israel menduduki Semenanjung Sinai dan Jalur Gaza setelah merebutnya dari Mesir. Pada tahun yang sama, tentara IDF melibas dan menghancurkan 144 rumah di kamp pengungsian Rafah, menewaskan 23 warga Palestina.
Ketika Israel menarik pasukan mereka dari Sinai pada tahun 1982, Rafah terbagi menjadi dua dimana masing-masingnya dikuasai oleh Gaza dan Mesir. Ada penghalang kawat berduri yang memisahkan keduanya. Israel dan Mesir menghancurkan pusat kota Rafah untuk membuat zona penyangga yang lebih luas. Di Rafah juga terdapat Perlintasan Perbatasan Ragah yang menjadi satu-satunya titik persimpangan antara Mesir dan Jalur Gaza. Satu-satunya bandara di Gaza yakni Bandar Udara Internasional Yasser Arafat berada di sebelah selatan kota ini. Bandara ini kemudian ditutup pada tahun 2001 setelah dibom oleh militer Israel (IDF).
Bagaimana kondisi penduduk di Rafah saat ini?
Rafah menjadi lokasi terakhir bagi warga Palestina untuk melindungi dari serangan Israel. Setidaknya, sekitar 1,5 juta warga Palestina melakukan pengungsian ke kota tersebut. Namun, wilayah Rafah ini pun juga turut menjadi serangan militer Israel. Dilansir dari NHK World Japan, serangan yang dilakukan pada Minggu, 26 Mei 2024 telah menewaskan sebanyak 45 orang dengan kondisi tenda-tenda yang hancur total. Ironisnya, satu-satunya rumah sakit terakhir yang berada di Rafah terancam akan berhenti berfungsi dan menghadapi lonjakan jumlah kasus kematian bila Israel terus melakukan serangan ke Gaza Selatan. Selain itu, juru bicara UNICEF James Elder menyebutkan bahwa orang-orang Rafah hanya memiliki rata-rata akses satu liter air per hari. Angka ini bahkan sangat jauh di bawah dari tingkat darurat. Keadaan tersebut akan terus memburuk seiring keganasan serangan yang dilakukan oleh Israel. PRS.