Kalau istilah life mungkin Anda langsung teringat dengan istilah kehidupan, berarti kita belajar hidup. The magic of life adalah bagaimana kita bisa melihat life itu membuat satu nilai, membuat satu life yang sangat meaningfull, sangat bermakna di dalam kehidupan kita. Di dalam bahasa Arab, life itu disebut dengan kata-kata at-tarbiyyah. Kenapa saya sebut magic? Karena konsep belajar dalam Islam itu benar-benar magic. Kenapa magic? Karana dia tidak seperti yang biasa. Dia tidak konvensional. Jadi, istilahnya yang pertama adalah at-tarbiyyah. Saya teringat sebuah hadits Rasulullah yang mengatakan, “Uthlubul ilma minal mahdi ila lahdi tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang kubur“.” Istilah dari hadits ini dikenal dengan istilah long life education magic, konsep belajar seumur hidup. Konsep ini ternyata sudah dibicaraka sejak awal oleh Rasulullah. Kemudian yang kedua ada juga hadits yang mengatakan, “Ada bani rabbi fa ahsana ta’dibi’ aku ini dididik oleh Allah dan Allah itu sebaik-baik pendidik.” Selama ini kita lupa bahwa sebenarnya kita punya Mahaguru yang luar biasa yaitu Allah SWT.. Bukan sekadar guru, bukan sekadar dosen, bukan sekadar profesor, tapi kita mempunyai Mahaguru yang luar biasa,yang mampu menciptakan the magic of life yaitu Allah SWT., Rasulullah mengakui bahwa beliau dididik oleh Allah SWT. Didik untuk memiliki kehidupan(life) bagi hambanya yang harus di ajarkan arti life itu sendiri.
Baiklah, kita akan mulai dengan pemahaman What is Learning? Atau, di dalam bahasa Arab disebut dengan at-tarbiyah. Menurut akar katanya, at-tarbiyah diambil dari tiga akar kata yang masing-masing mempunyai pengertian yang berbeda. Yang pertama adalah Rabba-Yarbu yang diartikan dengan istilah tumbuh atau bahasa Inggrisnya improve atau improvement. Kemudian yang kedua Rabbiya- Yarba yang artinya adalah berkembang atau develop, development, pengembangan. Kemudian yang ketiga Rabba-Yarubbu, mendidik atau lebih tepat memberdayakan, empowerment, to empower.
Jadi, dari istilah learning in kita mendapatkan 3 kata kunci, yang pertama adalah improvement ‘pertumbuhan yang kedua adalah development pengembangan’, ngdan yang ketiga adalah empowerment‘ pemberdayaan’. Oleh karena itu, untuk bisa menila sebuah pendidikan atau pembelajaran itu dikatakan berhasil atau tidak, tentunya Anda harus melihat pada tiga faktor tadi. Sudahkah ada yang namanya aspek pertumbuhan? Adakah aspek pengembangan? Dan, adakah aspek pemberdayaan? Kalau salah satu tidak terpenuhi, maka boleh dikatakan dia mengalami kegagalan dalam proses belajar.
Teman-teman, mari kita lihat poin demi poin dari apa yang menjadi aspek dalam tarbiah atau pendidikan. Aspek yang pertama adalah improvement. Apa yang menjadi ukuran bahwa sebuah belajar itu dikatakan tumbuh atau improve. Di sini kata kuncinya adalah maturity. Maturity artinya adalah kedewasaan.Apa yang disebut dengan kedewasaan? Orang dikatakan dewasa apabila dia mampu bertanggung jawab bukan hanya untuk dirinya, tapi dia juga mampu bertanggung jawab untuk orang lain. Sering kita lihat di dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang-orang yang sebenarnya usianya sudah dewasa tapi perilakunya kekanak-kanakan, childist. Namun, tidak sedikit juga ada orang-orang yang usianya mash muda, tapi dia mempunyai perilaku yang matang dan dewasa melebihi usianya. Jadi, faktor usia tidak bisa menjadi patokan di dalam menentukan orang itu dewasa atau tidak. Tapi, yang menjadi patokan adalah kematangan. Kematangan secara psikologis dan kematangan yang paling penting kematangan secara spiritual. Saya dulu pernah menjadi konsultan rumah tangga, saya banyak mempunyai klien para ibu yang mempunyai anak-anak masih kecil. Satu kali saya bertemu dengan seorang ibu, mungkin ibu ini sudah habis batas kesabarannya terhadap anaknya yang begitu nakal, kemudian sang ibu ini berbicara kepada anaknya. Saya menyaksikannsendiri dan saya mendengar dialog keduanya. Apa kata si ibu itu? Sang ibu berkata, “Kamu ini bagaimana sih, sudah dibilang berkali-kali mash nggak ngerti juga, dasar kamu nakal, coba dong kamu mengerti perasaan ibu.”
Teman -teman, mari kita garis bawahi kata-kata, “Coba dong kamu mengerti perasaan ibu.”
Kemudian saya bertanya kepada ibu itu, “Bu, ibu lebih dewasa tidak jika dibandingkan dengan anak ibu?”
la menjawab, “Oh, jelas dong, Pak Reza, saya lebih dewasa dibandingkan anak saya.”
Saya pun berkomentar, “Oke, kalau ibu merasa lebih dewasa dibandingkan anak ibu, coba ibu perhatikan kalimat ibu yang terakhir”
la bertanya heran, “Yang mana, Pak?”
Saya pun memberitahunya, “Kalimat coba donk kamu mengerti perasaan ibu, itu artinya ibu tidak lebih dewasa dibandingkan anak ibu, sehingga anak ibu harus mengerti ibu, bukan ibu mengerti dia.”
la termenung sesaat kemudian tertawa, “Benar yang dikatakan Pak Reza. Jadi, bagaimana untuk menunjukkan saya lebih dewasa dibandingkan anak saya?”
“Ibu harus mengubah kalimatnya.
“Bagaimana kalimatnya Pak Reza?”
“‘Ibu bisa berkata, ‘Oke, saya mengerti kamu dan tugas mama adalah mengubah kamu supaya menjadi dewasa. Saya mengerti perasaan kamu, understand, to be understood?”
Cobalah belajar memahami sebelum Anda minta dipahami. Ketika orang minta dipahami tapi tidak berusaha untuk memahami orang lain, maka sebenarnya dia belum dewasa. Permahkah Anda bayangkan kalau ini terjadi pada seorang presiden direktur,;”Coba dong, para manajer dan para direktur mengerti perasaan saya sebagai seorang presiden direktur” Itu artinya presiden direktur in tidak lebih dewasa dibandingkan direkturnya.
Pernahkah Anda bayangkan kalau seorang Presiden berbicara begitu kepada rakyatnya, “Coba dong rakyat mengerti perasaan saya sebagai seorang presiden, betapa beratnya menjadi seorang presiden, betapa repotnya menjadi seorang presiden.” Itu artinya presiden tersebut tidak lebih dewasa dibandingkan rakyatnya, Harusnya dia lebih memahami perasaan dan aspirasi rakyatnya sebelum dia minta dipahami. Inilah akar kehancuran bangsa ketika seorang pemimpin tidak lebih dewasa dibandingkan rakyatnya.
Teman-teman, itu baru aspek yang pertama. Kalau pendidikan tidak mampu menciptakan orang-orang yang dewasa, orang-orang yang matang, maka belajar itu akan menjadi sangat sia-sia. Aspek yang kedua adalah development, pengembangan. Ibarat sebuah pohon, setelah berbuah, dia tidak hanya berbuah untuk satu pohon, tapi dia bisa menimbulkan pohon-pohon yang lain. Yang disebut development itu artinya orang itu sukses dalam sebuah pendidikan kemudian dia mask ke dunia pekerjaan, dan di pekerjaan itu dia menciptakan orang-orang sukses. Ada proses duplikasi. Dia menyukseskan dirinya, kemudian dia membagi kesuksesan kepada orang lain. Sehingga, setelah itu banyak sekali orang yang sukses di luar dirinya. Jadi, proses belajar dikatakan berhasil apabila pendidikan itu mampu menciptakan orang yang sukses tetapi juga mampu menyukseskan orang lain. Ini kuncinya.
Aspek yang ketiga adalah empowerment, pemberdayaan. Ketika kita bicara empowerment ‘pemberdayaan yang menjadi fokus kita adalah keunikan. Saya ambil contoh, saya misalnya sebagai seorang pelatih tenis, Anda sebagai murid saya., Saya ajarkan kepada Anda bahwa ini namanya raket, ini namanya net. Ini namanya bola tenis, in adalah peraturan lalu saya jelaskan peraturannya. Itu yang disebut dengan Teaching, transfer knowledge ada transfer pengetahuan: Kemudian saya masuk kepada T yang kedua, Training. Baru kemudian saya memberikan latihan, transfer of skill, memberikan keterampilan pada mereka. Oke, mari kita ke lapangan, saya ajarkan cara bagaimana Anda servis, fore hand, back hand. Itu namanya training.
Tapi ada satu hal lagi yang terakhir, yakni coaching, dasarnya adalah empowerment. Setelah dia bisa bermain tens kemudian saya panggil sparing partner lawan tanding;, saya keluar kemudian saya suruh dia berhadapan dengan sparing partner. Kemudian saya mengamati dari pinggir lapangan. Saya lihat, sehingga saya mengambil kesimpulan, kemudian saya panggil murid saya itu, “Kamu jago di back hand, fokuskan kekuatan kamu pada back hand walaupun saya mengajarkanmu selama in pakai fore hand. Itu kekuatanmu.” Dia mulai berlatih lebih khusus masalah back hand hingga akhirnya dia menjadi juara dan mengalahkan saya. Kenapa? Back hand-nya lebih bagus dibandingkan saya. In yang disebut dengan empowerment.
Namun sayangnya, kalau kita lihat di dalam sekolah-sekolah yang ada di sekeliling kita, banyak sekali yang menyamaratakan potensi. Ketika melihat adi seorang murid atau seorang siswa nilai metematikanya 5, apa kesan seorang gur terhadap murid itu? Goblok, bodoh, tidak pintar, tapi gurunya lupa bahwa si anal ini jago melukis. Melukis itu dasar-dasar untuk arsitektur, Mungkin dia bisa menjad seorang pelukis yang hebat, tapi karena dasarnya adalah akademik saja sehingg dikatakan anak itu tidak mampu. Padahal, keunikan anak itu bukan pada matematik:
tapi pada melukis. Secara pribadi, bukan secara institusi, saya kurang setuju kalau di dalam sekola ada sistem rapot. Tidak perlu ada rapot. Semua orang itu punya potensi untuk berha: dengan keunikannya masing-masing. Tidak ada istilah orang bodoh, orang pinti karena semua orang pintar dengan keunikannya. Maksud saya, jangan kita sebodoh dan pintar karena itu masalah nilai-nilai yang bersifat akademis; matematika dan fisika, bahasa Ingeris dan sebagainya, bukan itu. Profesor, doktor itu hanya gelar akademis, tidak menggambarkan keunikan dari setiap orang.
Hari ini saya akan memperkenalkan pada teman-teman sebuah konsep belajar yang disebut AMPUH. Apa itu AMPUH? Kita akan bahas satu per satu. The Magic of Learning atau AMPUH, supaya kita bisa mendapatkan satu konsep belajar yang magic, ada yang disebut dengan AMPUH.
A adalah Ambil kesempatan, belajar adalah proses pengambilan kesempatan. Banyak kesempatan itu berada di sekeliling kita, tapi kita tidak mampu menangkap, Banyak sekali opportunity, peluang-peluang, tapi kita membutuhkan satu sensitivitas atau kepekaan kita untuk menangkap peluang-peluang itu. Peluang itu banyak Allah kasih kepada kita. Hal yang pertama supaya Learning itu menjadi satu hal yang magic, menjadi satu hal yang ampuh, adalah ambil kesempatan (get the opportunity).
M, Mantapkan motivasi. Orang boleh punya kemampuan, orang boleh punya kesempatan, tapi kalau tidak ada kemauan, maka tidak akan sukses. Maka yang kedua dibutuhkan mantapkan motivasi. Apabila ada motivasi, maka potensi akan berkembang dengan baik.
P, Pelajari keterampilan. Bukan sekadar pengetahuan, tapi juga keterampilan. Banyak keterampilan yang bisa kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, keterampilan membaca cepat, keterampilan menghapal cepat, keterampilan menghitung dengan cepat. Semua serba cepat, kenapa? Karena waktu kita Cuma terbatas, satu hari 24 jam. Kita perlu menerapkan konsep cepat.
U, Usaha yang optimal, Sebagaimana konsep kita di dalam ajaran Islam saya sebut dengan istilah U + D = T, U-nya adalah usaha yang optimal + D adalah Doa = T, Tawakal. Maksudnya, kita berusaha semaksimal mungkin, berdoa setulus mungkin, lalu hasilnya kita serahkan pada Allah swt.. Kita tawakal pada Allah. Kita tidak bisa menentukan hasil. Kita tidak bisa mengontrol hasil, yang bisa kita kontrol adalah proses.
H, Hidup seimbang. Belajar bukan sekadar memenuhi otak kita dengan akademis, tapi belajar adalah hidup seimbang. Sebaik-baik urusan adalah yang berada di pertengahan. Kita ingat akhirat, tapi jangan lupakan dunia. Kebutuhan fisik perlu, kebutuhan nonfisik juga perlu. Kebutuhan spiritual perlu, kebutuhan material juga perlu.
Intinya adalah keseimbangan ini penting dalam kehidupan, apa yang disebut dengan konsep balance atau tawazan. Ketika orang tidak seimbang dalam hidupnya, sama seperti sebuah ekosistem. Ketika sebuah ekosistem ini tidak seimbang lagi, yang terjadi adalah musibah. Begitu pula yang terjadi dalam diri kita. Kalau kita hidup tidak seimbang, maka kita akan mengalami kehancuran di dalam kehidupan kita. TA