Senin, Agustus 18, 2025
- Pendidikan Masa Depan
  • Beranda
  • Pendidikan
  • Teknologi
  • Ragam
  • Ecommerce
No Result
View All Result
- Pendidikan Masa Depan
  • Beranda
  • Pendidikan
  • Teknologi
  • Ragam
  • Ecommerce
- Pendidikan Masa Depan
No Result
View All Result

Mengapa Otak Suka Menunda Pekerjaan? Psikologi dibaliknya

Wirda Hayani by Wirda Hayani
16 Agustus 2025
in Artikel, Berita
0
Mengapa Otak Suka Menunda Pekerjaan? Psikologi dibaliknya
0
SHARES
5
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Menunda pekerjaan atau procrastination adalah perilaku umum yang dialami hampir semua orang, baik pelajar, pekerja, maupun profesional. Meskipun sering dianggap sebagai tanda kemalasan atau kurangnya disiplin, menunda pekerjaan sebenarnya memiliki akar psikologis yang lebih dalam. Memahami mekanisme otak di balik kebiasaan ini dapat membantu kita menemukan cara yang lebih efektif untuk mengatasinya.

A. Pertarungan Dua Bagian Otak

Secara ilmiah, perilaku menunda pekerjaan terjadi karena konflik antara dua bagian otak: sistem limbik dan korteks prefrontal.

  • Sistem limbik adalah bagian otak yang mengatur emosi dan keinginan jangka pendek. Ia mencari kepuasan instan, seperti menonton video lucu atau bermain ponsel.
  • Korteks prefrontal adalah bagian otak yang mengatur perencanaan, pengambilan keputusan, dan tujuan jangka panjang.

Saat menghadapi tugas yang sulit atau membosankan, sistem limbik akan “mengalahkan” korteks prefrontal dan mengarahkan kita pada aktivitas yang terasa lebih menyenangkan. Akibatnya, pekerjaan penting pun tertunda.

B. Faktor Emosional Dibalik Penundaan

Menunda pekerjaan sering kali bukan sekadar karena malas, melainkan sebagai bentuk penghindaran emosional (emotional avoidance). Beberapa pemicunya meliputi:

  • Takut gagal: Kekhawatiran bahwa hasil pekerjaan tidak akan memuaskan membuat kita menunda memulainya.
  • Perfeksionisme: Keinginan menghasilkan karya sempurna membuat kita enggan memulai sebelum “waktunya tepat”.
  • Kecemasan: Tekanan dari tugas yang besar atau kompleks memicu rasa kewalahan.

Penundaan memberi rasa lega sesaat, tetapi justru meningkatkan stres dalam jangka panjang.

C. Lingkungan Modern Yang Memperburuk Kebiasaan

Di era digital, gangguan perhatian (distraksi) semakin banyak. Notifikasi media sosial, video singkat, dan berita viral menjadi “umpan” bagi sistem limbik untuk mencari hiburan cepat. Otak manusia tidak secara alami dirancang untuk menghadapi aliran rangsangan ini sepanjang hari, sehingga penundaan menjadi semakin mudah terjadi.

D. Cara Mengatasi Kebiasaan Nunda

Mengubah kebiasaan menunda memerlukan kombinasi strategi perilaku dan pengelolaan emosi. Beberapa langkah yang disarankan psikolog antara lain:

  • Memecah tugas besar menjadi bagian kecil agar terasa lebih ringan.
  • Menggunakan teknik Pomodoro (25 menit fokus, 5 menit istirahat) untuk menjaga ritme kerja.
  • Menghilangkan distraksi seperti mematikan notifikasi atau bekerja di ruang khusus.
  • Melatih mindfulness untuk membantu korteks prefrontal mengendalikan dorongan sistem limbik.
  • Memberi penghargaan diri setelah menyelesaikan tugas sebagai bentuk motivasi positif.

Menunda pekerjaan bukanlah semata-mata tanda kemalasan, melainkan hasil tarik-menarik antara kepuasan instan dan pencapaian jangka panjang di dalam otak. Faktor emosional dan lingkungan modern membuat kebiasaan ini semakin kuat. Dengan memahami psikologi di baliknya, kita dapat merancang strategi yang tepat untuk mengendalikan dorongan menunda dan mulai bertindak lebih konsisten. WH.

Tags: Menunda PekerjaanPekerjaanpsikologi
Previous Post

Rahasia Dibalik AI yang Bisa Menggambar Seperti Manusia

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pos-pos Terbaru

  • Mengapa Otak Suka Menunda Pekerjaan? Psikologi dibaliknya
  • Rahasia Dibalik AI yang Bisa Menggambar Seperti Manusia
  • Program Kampus Berdampak: Strategi Perguruan Tinggi untuk Mewujudkan Kontribusi Nyata bagi Masyarakat
  • Pentingnya Organisasi di Kehidupan Kampus : Membentuk Karakter, Relasi, dan Masa Depan Mahasiswa
  • Fenomena Kesehatan Generasi Z: Penyakit Fisik dan Mental Meningkat Akibat Pola Hidup Modern

Komentar Terbaru

  1. Alasan Dibalik Kewajiban Indonesia dalam Memberikan Perlindungan pada Pengungsi - Pendidikan Masa Depan mengenai Prinsip Hukum Humaniter yang Harus Diperhatikan dalam Melakukan Perang
  2. Hamba allah mengenai Deportasi Pengungsi dan Pencari Suaka dari Indonesia, Apakah Bertentangan dengan Prinsip Universal Hak Asasi Manusia dan Hukum Internasional?
  3. Media Sosial: Silaturahmi dan Lebaran - Pendidikan Masa Depan mengenai Teknologi Semakin Maju,Kita Generasi Muda Harus Apa ?
  4. Let's Recognise The Type Of Plastic Packaging You Use! mengenai Highly Sensitive Person
  5. Apakah flexing dan hedonisme sama? Mari simak penjelasannya - mengenai Metaverse Masa Depan Ekonomi Digital

Copyright © 2022 segudangilmu.com

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Pendidikan
  • Teknologi
  • Ragam
  • Ecommerce

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In