Menunda pekerjaan atau procrastination adalah perilaku umum yang dialami hampir semua orang, baik pelajar, pekerja, maupun profesional. Meskipun sering dianggap sebagai tanda kemalasan atau kurangnya disiplin, menunda pekerjaan sebenarnya memiliki akar psikologis yang lebih dalam. Memahami mekanisme otak di balik kebiasaan ini dapat membantu kita menemukan cara yang lebih efektif untuk mengatasinya.
A. Pertarungan Dua Bagian Otak
Secara ilmiah, perilaku menunda pekerjaan terjadi karena konflik antara dua bagian otak: sistem limbik dan korteks prefrontal.
- Sistem limbik adalah bagian otak yang mengatur emosi dan keinginan jangka pendek. Ia mencari kepuasan instan, seperti menonton video lucu atau bermain ponsel.
- Korteks prefrontal adalah bagian otak yang mengatur perencanaan, pengambilan keputusan, dan tujuan jangka panjang.
Saat menghadapi tugas yang sulit atau membosankan, sistem limbik akan “mengalahkan” korteks prefrontal dan mengarahkan kita pada aktivitas yang terasa lebih menyenangkan. Akibatnya, pekerjaan penting pun tertunda.
B. Faktor Emosional Dibalik Penundaan
Menunda pekerjaan sering kali bukan sekadar karena malas, melainkan sebagai bentuk penghindaran emosional (emotional avoidance). Beberapa pemicunya meliputi:
- Takut gagal: Kekhawatiran bahwa hasil pekerjaan tidak akan memuaskan membuat kita menunda memulainya.
- Perfeksionisme: Keinginan menghasilkan karya sempurna membuat kita enggan memulai sebelum “waktunya tepat”.
- Kecemasan: Tekanan dari tugas yang besar atau kompleks memicu rasa kewalahan.
Penundaan memberi rasa lega sesaat, tetapi justru meningkatkan stres dalam jangka panjang.
C. Lingkungan Modern Yang Memperburuk Kebiasaan
Di era digital, gangguan perhatian (distraksi) semakin banyak. Notifikasi media sosial, video singkat, dan berita viral menjadi “umpan” bagi sistem limbik untuk mencari hiburan cepat. Otak manusia tidak secara alami dirancang untuk menghadapi aliran rangsangan ini sepanjang hari, sehingga penundaan menjadi semakin mudah terjadi.
D. Cara Mengatasi Kebiasaan Nunda
Mengubah kebiasaan menunda memerlukan kombinasi strategi perilaku dan pengelolaan emosi. Beberapa langkah yang disarankan psikolog antara lain:
- Memecah tugas besar menjadi bagian kecil agar terasa lebih ringan.
- Menggunakan teknik Pomodoro (25 menit fokus, 5 menit istirahat) untuk menjaga ritme kerja.
- Menghilangkan distraksi seperti mematikan notifikasi atau bekerja di ruang khusus.
- Melatih mindfulness untuk membantu korteks prefrontal mengendalikan dorongan sistem limbik.
- Memberi penghargaan diri setelah menyelesaikan tugas sebagai bentuk motivasi positif.
Menunda pekerjaan bukanlah semata-mata tanda kemalasan, melainkan hasil tarik-menarik antara kepuasan instan dan pencapaian jangka panjang di dalam otak. Faktor emosional dan lingkungan modern membuat kebiasaan ini semakin kuat. Dengan memahami psikologi di baliknya, kita dapat merancang strategi yang tepat untuk mengendalikan dorongan menunda dan mulai bertindak lebih konsisten. WH.