Sabtu, September 13, 2025
- Pendidikan Masa Depan
  • Beranda
  • Pendidikan
  • Teknologi
  • Ragam
  • Ecommerce
No Result
View All Result
- Pendidikan Masa Depan
  • Beranda
  • Pendidikan
  • Teknologi
  • Ragam
  • Ecommerce
- Pendidikan Masa Depan
No Result
View All Result

Digital Payment: Mengapa Uang Tunai Mulai Ditanggalkan

Wirda Hayani by Wirda Hayani
8 September 2025
in Artikel, Berita, Media Sosial dan Internet, Teknologi Informatika
0
Digital Payment: Mengapa Uang Tunai Mulai Ditanggalkan
0
SHARES
86
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Banyak aspek kehidupan telah diubah oleh kemajuan teknologi digital, termasuk cara manusia berinteraksi satu sama lain. Jika dulu uang tunai adalah cara utama untuk membeli sesuatu, masyarakat sekarang mulai beralih ke pembayaran digital atau payment. Tren ini semakin terasa terutama di perkotaan, ketika masyarakat lebih sering membawa ponsel pintar dibandingkan dompet berisi uang kertas. Lalu, mengapa uang tunai perlahan mulai ditanggalkan?

Praktis dan efisien

Kemudahan pembayaran digital merupakan faktor utama mengapa uang tunai mulai ditanggalkan. Transaksi dapat diselesaikan dengan sekali sentuhan layar atau pemindaian kode QR. Konsumen tidak perlu lagi menghitung uang kertas, membawa dompet tebal, atau menunggu kembalian. Selain itu, pembayaran digital memudahkan pelaku usaha untuk menyimpan catatan keuangan mereka, yang membuatnya lebih teratur dan transparan.

Dukungan Teknologi dan regulasi

Dengan berkembangnya internet, smartphone, dan aplikasi dompet digital, layanan pembayaran digital menjadi lebih mudah diakses oleh masyarakat umum. Selain itu, pemerintah dan institusi keuangan secara aktif mendukung sistem transaksi non-tunai. Ini ditunjukkan dengan memulai gerakan masyarakat tanpa uang (cashless society) dan menerapkan standar QRIS (Quick Response Code Indonesia Standard). Di berbagai industri, seperti ritel, transportasi, dan bisnis kecil dan menengah, adopsi pembayaran digital dipercepat berkat dukungan ini.

Faktor Keamanan

Uang tunai memiliki risiko tinggi, seperti hilang, dicuri, atau rusak sedangkan pembayaran digital, di sisi lain, dianggap lebih aman karena dilengkapi dengan sistem autentikasi seperti PIN, OTP, sidik jari, atau pengenalan wajah. Selain itu, riwayat digital setiap transaksi dapat dilacak, yang membuatnya lebih mudah untuk dipantau. Ini memberikan manfaat bagi masyarakat yang semakin menyadari pentingnya menjaga keamanan finansial.

Pandemi sebagai akselerator

Peralihan ke pembayaran digital dipercepat oleh pandemi COVID-19. Masyarakat beralih ke transaksi tanpa kontak karena kekhawatiran penyebaran virus melalui uang kertas. Kebiasaan baru ini terus berlanjut bahkan setelah pandemi berakhir. Sekarang, banyak bisnis kecil hingga besar bergantung pada sistem pembayaran digital daripada tunai.

Tantangan dan realitas

Pembayaran digital semakin populer, tetapi transisi tidak selalu lancer, masih ada kelompok masyarakat yang bergantung pada uang tunai, terutama di daerah dengan akses internet yang terbatas atau di kalangan usia lanjut yang belum terbiasa menggunakan teknologi. Selain itu, masalah keamanan siber seperti peretasan akun dan penipuan digital harus ditangani.

Perubahan gaya hidup masyarakat menuju era serba digital membuat pembayaran nontunai semakin dominan. Praktis, aman, cepat, dan didukung infrastruktur yang terus berkembang, menjadi alasan utama uang tunai perlahan ditinggalkan. Namun, peran uang tunai belum sepenuhnya hilang, karena masih menjadi solusi bagi kelompok masyarakat yang belum tersentuh teknologi digital. Ke depan, keseimbangan antara sistem pembayaran tunai dan digital akan terus berjalan, hingga suatu saat pembayaran digital benar-benar menjadi standar utama dalam kehidupan sehari-hari.

WH.

Tags: DigitaldigitalisasidigitalpaymentEkonomi Digitalera digitalera digitalisasipaymentuangtunai
Previous Post

Fenomena Language Mixing: Campur Bahasa sebagai Identitas Anak Muda

Next Post

Personal Branding Di Media Sosial: Antara Otentik Atau Pencitraan

Next Post
Personal Branding Di Media Sosial: Antara Otentik Atau Pencitraan

Personal Branding Di Media Sosial: Antara Otentik Atau Pencitraan

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pos-pos Terbaru

  • Playing Victim dan Toxic Relationship: Dua Hal Yang sering Beriringan
  • Personal Branding Di Media Sosial: Antara Otentik Atau Pencitraan
  • Digital Payment: Mengapa Uang Tunai Mulai Ditanggalkan
  • Fenomena Language Mixing: Campur Bahasa sebagai Identitas Anak Muda
  • Fenomena Viral: Mengapa Konten Receh Bisa Meledak di Internet?

Komentar Terbaru

  1. Alasan Dibalik Kewajiban Indonesia dalam Memberikan Perlindungan pada Pengungsi - Pendidikan Masa Depan mengenai Prinsip Hukum Humaniter yang Harus Diperhatikan dalam Melakukan Perang
  2. Hamba allah mengenai Deportasi Pengungsi dan Pencari Suaka dari Indonesia, Apakah Bertentangan dengan Prinsip Universal Hak Asasi Manusia dan Hukum Internasional?
  3. Media Sosial: Silaturahmi dan Lebaran - Pendidikan Masa Depan mengenai Teknologi Semakin Maju,Kita Generasi Muda Harus Apa ?
  4. Let's Recognise The Type Of Plastic Packaging You Use! mengenai Highly Sensitive Person
  5. Apakah flexing dan hedonisme sama? Mari simak penjelasannya - mengenai Metaverse Masa Depan Ekonomi Digital

Copyright © 2022 segudangilmu.com

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Pendidikan
  • Teknologi
  • Ragam
  • Ecommerce

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In