Menaklukkan Rintangan Belajar: Strategi Efektif untuk Anak dengan ADHD di Sekolah—Istilah ADHD masih belum familiar di kalangan masyarakat. ADHD merupakan salah satu jenis dari gangguan mental yang sering terjadi pada anak-anak namun tak jarang bertahan hingga anak-anak beranjak dewasa. Sebelum membahas lebih jauh terkait strategi dalam menangani anak dengan gangguan tersebut, mari mengenal lebih dahulu terkait ADHD itu sendiri.
Apa itu ADHD?
Melansir penjelasan dari American Psychiatric Association, ADHD atau Attention-deficit/hyperactivity disorder merupakan sebuah gangguan mental dengan gejala ketidakfokusan (sulit berkonsentrasi), hiperaktif (pergerakan berlebihan yang tidak sesuai dengan situasi), dan impulsivitas (perilaku yang dilakukan tanpa pemikiran). Gangguan ini dianggap sebagai sebuah gangguan kronik dan diketahui dapat mempengaruhi kehidupan penderitanya baik dari aspek akademik maupun pencapaian professional, hubungan interpersonal, dan aktivitas sehari-hari.
Apa penyebab ADHD?
Para ilmuan belum mengidentifikasi terkait penyebab khususnya. Namun, beberapa bukti yang berkembang menunjukkan bahwa peran genetika berpengaruh terhadap gangguan ini. Selain itu, beberapa gen terkait dengan gangguan tersebut, namun belum diketahui pasti gen seperti apa atau kombinasi gen yang bagaimana yang diidentifikasi sebagai penyebab gangguan ADHD. Beberapa faktor non-genetik juga dikaitkan dengan kelainan ini, seperti berat badan lahir yang rendah, kelahiran prematur, paparan racun (alcohol, merokok, dan kandungan zat berbahaya lainnya) selama kehamilan, serta stress yang berlebih selama kehamilan.
Bagaimana strategi yang efektif dalam menangani anak dengan ADHD di sekolah?
Dalam buku karangan Stephen E. Brock, Shane R. Jimerson, dan Robin L. Hansen terkait penanganan ADHD di sekolah (2009) menunjukkan terkait perkembangan status anak dengan gangguan tersebut di sekolah. Hal ini menyangkut terkait apakah anak dengan gangguan tersebut dapat menerima pendidikan yang sama dengan anak-anak tanpa gangguan atau harus menerima pendidikan khusus. Lalu, secara khusus ADHD dikategorikan sama dengan gangguan kesehatan lainnya seperti asma, diabetes, epilepsi, gangguan jantung, hemophilia, leukimia dan beberapa gangguan kesehatan kronik lainnya yang membatasi kekuatan serta sensitivitas terhadap rangsangan dari lingkungan.
Dalam buku tersebut dijelaskan bagaimana pengelolaan terkait lingkungan kelas dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dengan ADHD. Brock, dkk. menegaskan bahwa penting bagi seluruh pihak yang ada di sekolah memberikan pelatihan dan support kepada para pengajar di lingkungan kelas pendidikan umum. Pengaturan posisi duduk dalam lingkungan kelas konvensional juga dapat membantu penangan anak dengan dengan gangguan tersebut. Akan lebih baik jika posisi duduk siswa berhadapan dengan guru di depan ruangan sebab hal ini membantu memberikan penguatan terhadap perilaku positif dan sebagai pencegahan dari perilaku destruktif. Selain itu, guru juga harus menggunakan beberapa pendekatan dan menempatkan siswa dengan ADHD pada kelas kecil dengan jumlah siswa yang ada lebih sedikit. Selain itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para guru antara lain:
- Durasi tugas. Guru harus benar-benar memahami bahwa tingkat konsentrasi pada penderita ADHD singkat, sehingga tugas yang diberikan harus sesingkat mungkin dan dengan segera mungkin memberikan feedback terkait tugas yang diberikan
- Tingkat kesulitan tugas. Guru harus benar-benar memahami tingkat kesulitan tugas yang diberikan. Bagi siswa penderita ADHD akan mudah menyerah dan frustasi saat dihadapkan dengan tugas tugas yang di luar kemampuan mereka. Namun, mereka juga akan mudah bosan jika diberikan tugas yang terlalu mudah jika dibandingkan dengan siswa normal lainnya. Oleh karena itu, guru harus benar-benar memperhatikan level kesulitan pada tugas yang diberikan.
- Siswa dengan ADHD sering mengalami kesulitan dalam mengikuti arahan dengan langkah-langkah yang banyak. Guru harus mempersingkat instruksi seminimal mungkin, jelas, spesifik, serta dilakukan secara langsung sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan partisipasi.
- Distraksi. Pastikan siswa berada dekat dengan guru dan jauh dari segala kemungkinan distraksi dan hal-hal yang dapat menarik perhatiannya sehingga hal ini dapat membantu tingkat fokus siswa. PRS.