Buka puasa adalah momen yang dinanti setelah seharian menahan lapar dan haus. Namun, cara kita mengonsumsi makanan saat berbuka justru sangat menentukan kestabilan energi, keseimbangan gula darah, hingga kesehatan jangka panjang. Salah satu prinsip penting yang sebaiknya diterapkan adalah memperhatikan indeks glikemik (IG) dari makanan.
Indeks glikemik adalah ukuran seberapa cepat karbohidrat dalam makanan meningkatkan kadar glukosa darah setelah dikonsumsi. Makanan dengan IG tinggi seperti nasi putih, roti putih, atau minuman manis dapat menyebabkan lonjakan gula darah yang cepat. Hal ini bisa memicu rasa lemas, lapar kembali dalam waktu singkat, bahkan meningkatkan risiko resistensi insulin bila terjadi terus-menerus. Sebaliknya, makanan dengan IG rendah hingga sedang membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil, memberikan energi yang lebih tahan lama, dan mendukung metabolisme tubuh setelah berpuasa.
Mengapa Penting Memperhatikan IG Saat Berbuka Puasa?
Menurut American Diabetes Association (ADA) dan publikasi Harvard Health Publishing, konsumsi makanan dengan IG rendah berhubungan dengan kontrol glukosa darah yang lebih baik, pengendalian berat badan, serta mengurangi risiko penyakit metabolik seperti diabetes tipe 2. Setelah berpuasa, tubuh cenderung lebih sensitif terhadap perubahan kadar gula darah. Itulah sebabnya, makanan dengan IG rendah sangat dianjurkan agar transisi dari puasa ke fase makan tidak menyebabkan stres metabolik.
Selain itu, World Health Organization (WHO) juga merekomendasikan pola makan yang mengontrol beban glikemik untuk populasi umum dan pasien diabetes dalam Guideline on Healthy Eating (2020).
Cara Menjaga Indeks Glikemik Saat Buka Puasa
- Mulai dengan Air dan Kurma Secukupnya
Sunnah Nabi Muhammad SAW menganjurkan berbuka dengan kurma. Pilih kurma secukupnya, 1-3 butir, karena meski IG-nya sedang (sekitar 42-55), kurma kaya serat dan mineral seperti kalium. - Konsumsi Makanan Pembuka Kaya Serat dan Protein
Contoh: Salad sayur dengan minyak zaitun, sup bening ayam, atau tumisan brokoli. Serat memperlambat penyerapan gula ke darah. Penelitian dari The American Journal of Clinical Nutrition (2020) menunjukkan bahwa serat larut dalam makanan mampu menurunkan respon glikemik. - Pilih Karbohidrat Kompleks dengan IG Rendah
Misalnya:- Nasi merah (IG 50)
- Quinoa (IG 53)
- Oat utuh (IG 55)
- Ubi jalar kukus (IG 44)
- Barley (jelai, IG 28)
- Tambahkan Protein dan Lemak Sehat
Kombinasi protein (ikan, ayam tanpa kulit, tahu, tempe) dan lemak sehat (alpukat, kacang almond, minyak zaitun extra virgin) dapat menurunkan beban glikemik makanan secara keseluruhan. - Hindari Minuman dan Makanan Manis Tinggi IG
Misalnya sirup, teh manis, kolak santan dengan gula pasir, atau minuman soda. Sebagai gantinya, buat infused water atau jus buah tanpa tambahan gula (apel, pir, beri). - Atur Pola Makan Bertahap
Buka puasa tidak harus kenyang sekaligus. Awali dengan makanan ringan, lanjutkan dengan shalat Maghrib, baru makan utama secara perlahan. European Journal of Clinical Nutrition (2019) menyebutkan bahwa makan perlahan dapat menurunkan lonjakan glukosa pasca makan.
Contoh Menu Buka Puasa IG Rendah
- Air putih + 3 kurma
- Sup ayam kampung dengan sayuran
- Nasi merah + tumis buncis + ikan panggang + sambal tomat segar
- Potongan buah pepaya atau apel
- Teh hijau tanpa gula
Menjaga indeks glikemik saat berbuka puasa bukan sekadar pilihan, melainkan strategi penting untuk menjaga kesehatan tubuh setelah berpuasa. Dengan memilih makanan yang tepat, mengatur cara makan, serta memahami efek IG terhadap gula darah, kita bisa tetap bugar, tidak mudah lapar, dan terhindar dari gangguan kesehatan metabolik di masa mendatang.TA