Roblox, platform permainan daring yang mengklaim memiliki lebih dari 70 juta pengguna aktif harian di seluruh dunia, kini tengah menjadi sorotan publik. Meski sering dipuji karena memberikan ruang kreativitas bagi anak-anak untuk membuat dan memainkan game mereka sendiri, sejumlah pakar pendidikan dan psikolog anak mulai mempertanyakan dampak sebenarnya dari game ini terhadap perkembangan mental, sosial, dan akademik anak.
Roblox yang diluncurkan pada 2006 oleh David Baszucki dan Erik Cassel awalnya dirancang sebagai platform kreatif berbasis komunitas. Pengguna, termasuk anak-anak, dapat membuat dunia virtual sendiri menggunakan bahasa pemrograman sederhana Lua. Namun, seiring popularitasnya melonjak, muncul berbagai laporan yang memicu perdebatan tentang keamanannya.
Potensi Positif Roblox
Roblox menawarkan berbagai potensi positif bagi generasi zaman sekarang jika digunakan dengan bijak dan di bawah pengawasan orang tua. Platform ini tidak hanya menjadi sarana hiburan, tetapi juga media untuk mengasah kreativitas dan imajinasi anak. Melalui fitur Roblox Studio, pemain dapat mendesain dunia virtual, menciptakan karakter, dan merancang alur cerita permainan mereka sendiri. Proses ini mendorong pemikiran kreatif sekaligus mengenalkan anak pada dasar-dasar seni digital dan desain interaktif.
Selain itu, Roblox menjadi pintu masuk yang efektif untuk belajar pemrograman sejak dini. Menggunakan bahasa pemrograman Lua yang relatif mudah, anak-anak dapat memahami logika coding, membuat skrip, dan mengembangkan minat di bidang teknologi. Roblox juga mengajarkan pentingnya kolaborasi. Banyak permainan di platform ini yang mengharuskan kerja sama tim untuk mencapai tujuan, sehingga anak belajar berkomunikasi, berbagi peran, dan menghargai kontribusi orang lain. Bahkan, fitur monetisasi Robux memberi peluang untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan. Kreator game dapat menjual item atau akses premium dan menukarnya dengan uang asli, sehingga anak mengenal dasar-dasar bisnis digital.
Dari sisi hiburan, Roblox menawarkan pengalaman yang interaktif dan aktif, berbeda dari menonton video yang pasif. Anak dapat berpartisipasi langsung dalam petualangan yang mereka pilih, sambil melatih keterampilan memecahkan masalah, berpikir kritis, dan mengambil keputusan. Tak kalah penting, Roblox membuka ruang interaksi sosial global, menghubungkan pemain dari berbagai negara, mengenalkan mereka pada beragam budaya, dan bahkan melatih kemampuan bahasa asing.
Efek Buruk yang Muncul
Namun, di balik sisi positifnya, sejumlah penelitian dan laporan orang tua mengungkapkan adanya risiko serius, di antaranya:
- Konten Tidak Sesuai Usia, meskipun Roblox memiliki sistem moderasi, beberapa game buatan pengguna mengandung unsur kekerasan, bahasa kasar, atau bahkan konten seksual terselubung. Hal ini memicu kekhawatiran orang tua terhadap paparan yang tidak pantas bagi anak di bawah umur.
- Kecanduan Game, studi dari American Academy of Pediatrics tahun 2025 menunjukkan bahwa anak-anak yang bermain Roblox lebih dari 3 jam sehari cenderung mengalami gangguan tidur, penurunan fokus belajar, dan gejala kecemasan.
- Potensi Interaksi Berbahaya, fitur chat dalam Roblox dapat membuka peluang anak berinteraksi dengan orang asing, yang dalam beberapa kasus disalahgunakan oleh pelaku grooming
- Risiko Grooming dan Kejahatan Siber, predator dapat memanfaatkan fitur chat untuk mendekati anak dan komunikasi sering dialihkan ke platform lain seperti Discord atau WhatsApp.
Perdebatan tentang Roblox masih jauh dari kata selesai. Di satu sisi, platform ini menawarkan peluang pembelajaran kreatif dan keterampilan digital. Di sisi lain, risiko paparan konten berbahaya dan kecanduan menjadi ancaman nyata bagi perkembangan anak. Dan pengendalian dampak negatifnya adalah pendampingan aktif orang tua juga membatasi waktu bermain, memanfaatkan fitur kontrol orang tua, dan mengawasi konten yang diakses anak menjadi langkah penting untuk memastikan Roblox tetap menjadi sarana bermain yang aman. WH.