Mahasiswa manapun yang pernah berurusan dengan skripsi pasti ada saja titik dimana ia tidak harmonis terhadap skripsi. Merasakan kebingungan, jengkel, setres, hingga akhirnya bertanya-tanya kenapa skripsi tidak pernah beres, selalu salah di mata dosen pendamping, bahkan menjadi mood-moodan dalam mengerjakan skripsi, sehingga berakhir menjadi kesulitan dalam menyusun skripsi. Untuk merevisi satu paragraf pun rasanya sangat berat. Kalau kamu pernah merasakan salah satu, atau bahkan semuanya, itu adalah wajar dan umum dirasakan mahasiswa akhir. Mungkin kita sering mendengar bahwa skripsi itu diibaratkan dengan lari maraton, bukan lari sprint. Proses yang cukup panjang, paling cepat 1 atau 2 semester bahkan ada yang butuh sampai bertahun-tahun. Karena sifatnya merupakan tugas jangka panjang, kamu dituntut untuk bisa mengelola energi kita agar dapat konsisten dan tangguh terhadap berbagai kendala yang timbul di tengah perjalanan.
Sebagai tugas jangka panjang ada beberapa alasan kenapa kita menjadi lebih susah untuk menjaga konsistensi dan komitmen untuk mengerjakannya. Pertama, skripsi itu membutuhkan effort yang cukup besar tetapi tidak langsung terasa hasilnya. Kata Teori Law Of Offect “Perilaku punya kecenderungan buat diulang kalau diikuti konsekuensi positif dan cenderung dihindari kalau diikuti konsekuensi negatif”. Misalnya kamu hari ini banyak menghabiskan waktu untuk mengerjakan skripsi, mungkin sampai begadang dan pegal mata karena kelamaan lihat layar laptop tetapi riwehnya tidak dapat dirasakan hari itu juga, tetapi baru bisa terasa ketika seminar, sidang, atau bahkan wisuda. Atau dibeberapa kasus, kamu lebih dulu merasakan konsekuensi negatif karena diomelin oleh dosen pembimbing ada draft yang kurang, akhirnya kamu menjadi malas skripsian karena dalam jangka pendek kamu lebih banyak mendapatkan konsekuensi negatif dari pada yang positif.
Alasan selanjutnya kenapa sussah fokus adalah kemungkinan kamu mengerjakan suatu hal yang tidak terlalu penting, tetapi terasa mendesak dari hal lain yang justru sebenarnya lebih penting. Fenomena ini dinamakan “Mere Urgency Effect”, misalnya kamu sudah niat untuk melakukan revisian, tetapi ketika melihat Handphone muncul notifikasi kalau strorage Handphone penuh, lalu kamu merasa itu sangat urgent kalau dibiarkan bisa-bisa Handphone akan lemot atau kenapa-kenapa. Akhirnya waktu dan tenaga yang mau digunakan untuk skripsian dialihkan untuk menghapus file, foto, atau chat dari handphone. Padahal kenyatannya hal tersebut bisa saja dikerjakan saat habis revisian dan pas sudah beres mungkin sudah capek lebih dahulu. Mindset mementingkan hal-hal kecil seperti ini yang selalu ada saja setiap waktu. Ini bukan berarti kamu tidak boleh perduli dengan hal-hal mendesak jika lagi skripsian. Tetapi, kalau dituruti secara terus-menerus waktu dan fokus untuk mengerjakan skripsi semakin lama akan semakin berkurang. Kendala-kendala skripsi masih banyak lagi, mungkin pembimbing yang kurang kooperatif, kondisi kesehatan, responden. Lalu bagaimana caranya agar kita bisa konsisten dan tidak malas dalam mengerjakan skripsi? Berikut ini adalah tipsnya..
- Sadari dan siapin mindset kalau skripsi adalah tugas jangka panjang, dengan begitu kamu akan sadar kalau mengerjakan skripsi membutuhkan fokus dan komitmen lebih. Kamu juga perlu bersiap kalau usaha yang kamu lakukan sekarang baru terasa manisnya di kemudian, bisa di akhir semester atau mungkin di tahun depan. Tergantung progres dan tingkat kesulitan skripsi yang kamu kerjakan.
- Pecah rencana skripsi sampai sesederhana mungkin supaya mudah untuk dikerjakan. Berikan jangka waktu yang spesifik pada setiap tugas supaya lebih terasa urgent. Untuk memaksimalkan hal ini Scheduling atau merancang aktivitas sehari-hari sangat bisa membantu. Jadi, tidak hanya mengatur kapan skripsian, tetapi juga mengatur kapan tidak skripsian dan mengatur hal lain. Karena hidup kamu bukan hanya untuk skripsi. Selain berguna menata waktu yang kamu punya Scheduling juga bisa membantu untuk monitor progres dan meluangkan waktu untuk melakukan hal yang kamu suka. Sebaiknya pastikan bahwa jadwal yang disusun sesuai dengan kemampuan yang kita punya. Perlu pertimbangkan kemampuan, daya tahan kerja, dan kapan membutuhkan istirahat.
Selain strategi di atas, hal yang tidak kalah penting adalah jangan lupa untuk memberikan reward untuk diri sendiri, setiap kamu mencapai suatau pencapaian dalam proses pengerjaan skripsi ini. Misalnya dengan menonton serial favorit, membeli makan kesukaan, setelah selesai satu bab, atau setelah draft di Acc oleh dosen pembimbing. LF