Perundungan atau bullying adalah tindakan kekerasan fisik, verbal, maupun psikologis yang menimbulkan dampak serius bagi korbannya. Namun yang sering terabaikan adalah fenomena efek domino, ketika korban justru berubah menjadi pelaku di masa depan. Siklus ini menciptakan lingkaran kekerasan yang berulang dan sulit dihentikan.
Akar Terjadinya Efek Domino
Korban perundungan biasanya menyimpan emosi negatif seperti marah, dendam, dan rendah diri. Ketika perasaan tersebut tidak tersalurkan dengan cara yang sehat, mereka cenderung meniru perilaku pelaku untuk melindungi diri atau menegaskan kekuasaan. Dalam psikologi sosial, hal ini disebut sebagai pembelajaran sosial, di mana seseorang meniru perilaku yang pernah ia alami karena dianggap efektif untuk bertahan.
Misalnya, siswa yang dulu sering dirundung di sekolah dasar bisa saja menjadi pelaku ketika berada di jenjang lebih tinggi. Ia merasa memiliki kesempatan untuk “membalas” pengalaman pahitnya. Sayangnya, tindakan tersebut justru memperpanjang rantai kekerasan.
Lingkungan sebagai Pemicu
Lingkungan sosial turut memperkuat siklus ini, ketika korban tidak mendapat dukungan dari keluarga, guru, atau teman, rasa tidak berdaya berubah menjadi keinginan untuk berkuasa. Budaya yang menormalisasi perundungan seperti anggapan bahwa mengejek teman hanyalah “canda”juga memperburuk situasi. Dalam jangka panjang, hal ini membuat bullying dianggap lumrah dan sulit dihapuskan dari lingkungan sosial.
Dampak Psikologis dan Sosial
Efek domino bullying menimbulkan dampak luas, korban yang menjadi pelaku mengalami pergulatan batin antara rasa bersalah dan amarah. Mereka kesulitan mengontrol emosi, memiliki empati rendah, dan sering menunjukkan perilaku agresif. Akibatnya, lingkungan belajar atau kerja menjadi tidak sehat, penuh ketegangan, dan menurunkan rasa saling percaya antarindividu.
Cara Memutus Siklus Kekerasan
Upaya memutus rantai bullying harus dimulai dari pendidikan karakter dan dukungan emosional. Sekolah perlu menyediakan konselor atau program anti-bullying agar korban bisa mendapatkan ruang pemulihan. Keluarga juga memiliki peran penting dalam membangun kepercayaan diri dan memberi rasa aman. Di sisi lain, masyarakat perlu menumbuhkan empati serta keberanian untuk menegur perilaku perundungan di sekitar mereka.
Bullying bukan sekadar tindakan salah satu individu, melainkan masalah sosial yang menular seperti virus. Korban yang menjadi pelaku adalah tanda bahwa luka lama belum sembuh dan sistem sosial gagal memberikan perlindungan. Oleh karena itu, membangun budaya saling menghargai, mendengar, dan peduli menjadi langkah penting untuk menghentikan efek domino ini. Hanya dengan empati dan kesadaran bersama, rantai kekerasan bisa benar-benar diputus. WH.

