Siapa yang tidak pernah menyaksikan seseorang berbicara pada khalayak umum? Pastinya semua orang pernah melihat, mendengar dan memperhatikan seseorang bicara, baik dalam pertunjukan sebuah acara, televisi, bahkan pada saat mendengarkan siaran radio. Pembicara handal tidak begitu saja terbentuk, ada keinginan, dorongan, serta kompetensi yang menjadi dasar untuk seseorang dapat menjadi pembicara handal.
Ada beberapa faktor yang dapat membangun kompetensi seseorang agar mahir dalam berbahasa, antara lain sebagai berikut.
Selarasnya Pemikiran dan Perasaan
Sebelum menjadi pembicara dan menyampaikan isi pembicaraan sesuai topik, ada baiknya seorang pembicara harus memahami terlebih dahulu bahwa berbicara merupakan “sinkroninasasi antara pikiran dan perasaan”. Jika seseorang hanya dapat berbicara tanpa disertai perasaan, maka kerap menjadi permasalahan baik bagi para pendengar maupun orang yang akan diajak berbicara. Begitupun sebaliknya jika seseorang hanya dapat berbicara hanya dengan menggunakan perasaan tanpa disertai dengan pemikiran akan juga menjadi permasalahan baik bagi para pendengar atau lawan bicara. Untuk itu bebicara adalah seni dalam mengelola pikiran dan rasa, kedua hal tersebut terkadang luput untuk kita sadari padahal kedudukan pikiran merupakan sisi dari rasionalitas sedangkan rasa merupakan sisi emosional dan dimiliki oleh setiap orang. Terkadang yang kerap menjadi permasalahan adalah ketika seseorang harus menyampaikan perkataaan yang tidak sesuai dengan perasaan, hal yang bertolak belakang kerap menjadi sesuatu yang harus dipertimbangkan.
Kesatuan Etika, Logika, dan Estetika
Kesatuan Etika, Logika, dan Estetika merupakan bentuk perpaduan didalam seni berbicara. Seorang pembicara yang handal harus memperhatikan etika dalam sikap, perkataan, dan penyampaian kata-kata sesuai dengan topik yang disampaikan. Etika merupakan sebuah sifat ketentuan serta kebenaran yang harus dijunjung dalam berbicara.
Selanjutnya logika yang berarti cenderung pada pemikiran atau akal, seseorang yang hendak menjadi pembicara harus benar-benar menggunakan logika terhadap apa yang ingin disampaikan. Hal yang ingin disampaikan hendaknya harus berprinsip logis. Ketika berbicara, seorang juga harus bersifat logis dengan mejuru pada hal-hal fakta yang terlihat dengan adanya bukti yang masuk akal. Dengan memperhatikan kelogisan dalam berbicara akan membuat lawan bicara atau pendengar lebih yakin dengan apa yang akan disampaikan.
Selin itu estetika yang berumakan seni dalam berbicara, estetik tidak hanya dapat dinikmati oleh indera penglihatan tetapi juga dapat didengar dan dirasakan. Hal ini berpengaruh pada kata-kata dan diksi yang disampaikan oleh pembicara. Tidak hanya estetik tetapi diharapkan pendengar dapat memahami tujuan atau isi dari pembicaraan. Dengan demikian penting bagi pembicara memperhatikan kata-kata, artikulasi, gaya bahasa, dan sikap ketika menjadi pembicara.
Memperhatikan Prinsip Berbicara
Setiap orang pasti memiliki ragam pembawaan yang berbeda dalam berbicara, baik dari sikap, karakter, gaya berbahasa, mimik wajah dan sebagainya. Terdapat juga prinsip dalam berbicara yakni sebagai berikut :
- Prinsip Efektivitas, seseorang dapat berbicara sesuai dengan kebutuhan atau langsung pada poin pembicaraan.
- Prinsip Kecermatan, seseorang dapat dengan cermat menyampaikan sebuah informasi atau perkataan. Cermat sering diartikan dengan teliti.
- Prinsip Kreativitas, prinsip ini dapat dilihat dengan gaya bahasa yang digunakan untuk menyampaikan isi dari pembicaraan. Prinsip ini mengandung unsur kebaruan, kekuatan dan kelincahan pembicara dalam menyampaikan informasi.
- Prinsip Kebenaran, prinsip ini mengacu pada informasi yang disampaikan adalah kebenaran bukan sebaliknya. SC