Santai di Teras dengan Filosofi Teras—Bagi orang-orang yang mendengarkan kata filsafat, mungkin sudah terbayang akan rupa patung-patung putih bergambar dewa-dewa Yunani beserta dengan bangunan Colosseum bahkan mungkin terbayang akan rangkain series novel yang ditulis oleh Rick Riordan, Percy Jackson.
Well, tidak sepenuhnya salah sebab banyak filsuf terkenal yang berasal dari Yunani dan Roma yang ajarannya banyak diikuti oleh orang-orang. Salah satu filsafat terkenal yang mungkin sudah familiar di telinga orang adalah Stoisisme. Stoisisme, Stoa atau dalam buku karya Henry Manampiring diterjemahkan menjadi Filosofi Teras merupakan sebuah filosofi purba yang usianya sudah mencapai 2300 tahun.
Bagaimana sejarah filosofi ini?
Awal mula penemuan filosofi ini sebenarnya adalah “buah” dari musibah besar yang menimpa seorang pedagang kaya bernama Zeno. Zeno merupakan seorang pedagang dari Siprus (sebuah pulau yang letaknya ada di Selatan Turki). Sekitar 300 tahun sebelum masehi, Zeno melakukan perjalanan laut dari Phoenicia ke Peiraeus dengan melintasi Laut Mediterania. Lalu, kapal yang ditumpangi Zeno karam sehingga dirinya kehilangan seluruh barang dagangannya dan terdampar di Athena.
Zeno yang tidak memiliki apa-apa hidup luntang-lantung di kota yang bahkan bukan rumahnya. Suatu hari, Zeno mengunjungi sebuah toko buku dan menemukan sebuah buku filsafat yang menarik hatinya. Semenjak itu, Zeno belajar ilmu filsafat dari filsuf yang berbeda-beda dan kemudian mulai mengajar filosofinya sendiri. Zeno senang mengajarkan filosofinya di sebuah teras berpilar (dalam bahasa Yunani, teras disebut dengan stoa) yang letaknya di sisi Utara agora di kota Athena. Dari sini, para pengikut Zeno disebut sebagai “kaum Stoa”. Lalu, Henry Manampiring memperkenalkan istilah Filosofi Teras (merujuk pada arti kata Stoa) untuk mempermudah penyebutannya.
Apa yang diajarkan filosofi teras?
Sederhananya, filosofi teras mengajarkan konsep pengendalian diri dan mengenyahkan hal-hal yang bukan berada di bawah kendali kita. Stoa memberikan penjelasan bahwa seorang manusia seharusnya hanya berfokus pada hal-hal yang memang bisa dikendalikan oleh dirinya. Beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh Stoisisme—seperti yang dijelaskan dalam buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring antara lain:
- Hidup bebas dari emosi negatif dan mendapatkan ketentraman hidup
- Hidup dengan melakukan 4 kebajikan, antara lain:
- Kebijaksanaan
- Keadilan
- Keberanian
- Menahan diri
Di antara tujuan yang ingin dicapai filosofi teras, tidak ditemukan tujuan untuk mencapai kebahagiaan. Memang, kebahagiaan bukan menjadi tujuan utama dari filosofi ini. Para filsuf stoa menekankan pada pengendalian emosi negatif dan melatih kebajikan yang telah disebutkan di atas untuk mendapatkan ketentraman dan kedamaian dalam hidup. Sehingga, jika disimpulkan, filosofi teras merupakan sebuah filsafat yang mengajarkan bagaimana hidup dengan mengendalikan apa yang ada di dalam diri kita dan bukan menyandarkan kebahagiaan pada hal-hal yang ada di luar kuasa kita. PRS.