Generasi Z, yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, dikenal sebagai generasi yang melek teknologi, kreatif, dan kritis. Namun, di balik citra positif tersebut, penelitian terbaru mengungkap bahwa anak-anak dan remaja Gen Z menghadapi tantangan kesehatan mental yang cukup serius. Generasi Z tumbuh di era yang serba cepat, penuh peluang, namun juga sarat tekanan.
Hidup di era digital memang memberi banyak keuntungan bagi Gen Z. Namun, di balik layar ponsel dan media sosial, kesehatan mental mereka menghadapi ancaman serius. Berikut adalah beberapa penyakit mental yang kini marak dialami oleh anak-anak dan remaja Gen Z:
- Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorders)
Gangguan ini ditandai dengan rasa khawatir berlebihan, tegang, dan takut terhadap situasi tertentu. Banyak remaja Gen Z melaporkan gejala seperti jantung berdebar, sulit tidur, dan sulit berkonsentrasi. Media sosial sering menjadi pemicu kecemasan karena tekanan untuk selalu “tampil sempurna” di hadapan publik.
- Depresi
Depresi pada anak dan remaja kerap ditandai dengan perubahan suasana hati, kehilangan minat pada kegiatan yang dulu disukai, dan perasaan tidak berharga. Menurut psikolog anak, paparan berita negatif, cyberbullying, dan perbandingan sosial di platform digital memperparah risiko depresi pada Gen Z. - Gangguan Stres Pascatrauma (PTSD)
Meski identik dengan korban bencana atau perang, PTSD kini juga ditemukan pada remaja yang mengalami kekerasan verbal, perundungan berkepanjangan, atau pelecehan seksual. Gejalanya meliputi mimpi buruk, kilas balik kejadian, dan rasa takut berlebihan.
- Gangguan Makan (Eating Disorders)
Anoreksia, bulimia, dan binge eating menjadi kasus yang semakin sering ditemukan. Standar kecantikan tidak realistis yang tersebar luas di internet membuat sebagian remaja merasa harus mengubah tubuh mereka secara ekstrem, yang akhirnya mengarah pada pola makan tidak sehat.
- Gangguan Konsentrasi dan Hiperaktivitas (ADHD)
ADHD tidak selalu berkurang saat seseorang beranjak dewasa. Pada Gen Z, gaya hidup multitasking dan terpaan notifikasi digital membuat gejala ADHD lebih menonjol, seperti sulit fokus, gelisah, dan mudah terdistraksi.
- Burnout Akademik
Burnout atau kelelahan emosional akibat tuntutan akademik yang tinggi menjadi fenomena baru di kalangan Gen Z. Tekanan untuk mendapatkan nilai sempurna, persaingan masuk perguruan tinggi, dan kursus tambahan yang padat membuat banyak remaja kehilangan motivasi belajar dan mengalami kelelahan mental.
Para ahli menekankan pentingnya peran keluarga, sekolah, dan pemerintah dalam membangun lingkungan yang mendukung kesehatan mental remaja. Fenomena meningkatnya penyakit mental di kalangan Gen Z bukan sekadar isu kesehatan, tetapi juga tantangan sosial yang harus dihadapi bersama. Dengan kombinasi dukungan keluarga, lingkungan sekolah yang sehat, serta kebijakan pemerintah yang tepat, diharapkan generasi ini dapat tumbuh menjadi pribadi yang tidak hanya cerdas dan kreatif, tetapi juga kuat secara mental dalam menghadapi tekanan zaman. WH.