Banyak orang yang hidupnya dibatasi oleh pikirannya sendiri. Ironisnya, ia terjebak di dalamnya, menyerah sebelum melangkah karena pikirannya sendiri. Sebaik apapun peluang yang ada dihadapan kita, kalau masih saja terbelenggu oleh pikiran kita sendiri, hanya penyesalan yang akan menjadi teman sepanjang masa. Maka, jadilah raja bagi pikiran sendiri, jangan menjadi budak oleh pikiran sendiri. Karena kenyatannya bahwa pikiran tak pernah bisa memberikan kepuasan ego kita masing-masing. Sudah dapat 1, minta 2, sudah dapat 2, minta 3 begitu seterusnya. Bagi kamu yang sudah bosan dengan kenyataan hidup yang biasa saja dan ingin mengubah hidup menjadi luar biasa, berikut ini langkah-langkah yang bisa menjadi petunjuk hidup yang good menjadi great.
1. Keyakinan
Mungkin kita tak pernah menyangka bahwa keyakinan yang dimiliki saat ini merupakan kumpulan pikiran positif dan negatif kita. Kata-kata yang sering kita dengar, yang uniknya hingga kita sendiri mengamini bahwa kita memang seperti itu. Tanpa disadari, semua ucapan itu kita amini. Tanpa disadari pula itu menjadi keyakinan. Dan, keyakinan itulah yang menjadi darah daging (believe system). Seorang anak yang sejak kecil dikatakan bahwa dia anak bodoh, jelek, dan hitam akan dipastikan ketika dewasa akan memiliki rasa minder yang tinggi dibandingkan seorang anak yang sejak kecil telah mendapatkan pengakuan, diberikan ruang kreativitas, dan dihargai oleh keluarganya. Keyakinan yang sudah mendarah daging lama-kelamaan akan menjadi sikap, bahkan mungkin saja akan menjadi prinsip hidup.
2. Keberanian
Orang yang memiliki keberanian pasti menyukai tantangan dan tidak hanya hidup nyaman. Ia justru berharap bagaimana keluar dari kenyamanan untuk menuju kenyamanan yang jauh lebih baik. Keberanian seseorang bukan hanya berani nekad, namun berani karena memiliki perhitungan yang matang.
3. Ketekunan
“Tidak ada yang bisa mengalahkan sebuah ketekunan”
Cobalah memiliki karakter tekun dan pantang menyerah, karena ketika kita menyerah berarti kalah. Berpikirlah dengan prinsip “sekali lagi”, kalau gagal kali ini cobalah mungkin sekali lagi, gagal lagi berpikir sekali lagi, sampai menemukan sebuah kesuksesan. Ketekunan yang positif akan melahirkan sebuah karya besar yang bermanfaat.
4. Membangun Jaringan Persahabatan
Kehidupan yang sebenarnya mengajarkan kita bahwa manusia tidak akan bisa menjadi manusia kalau tidak bisa bersama dengan manusia lainnya. Hal ini serupa dengan istilah lama “kita disebut manusia ketika bisa memanusiakan manusia lainnya”. Kehidupan ini memberikan pelajaran bahwa hidup yang bermakna seperti kendaraan motor yang memiliki rantai. Kita mungkin saja memiliki semuanya, mulai harta, jabatan, keluarga yang sempurna. Namun jika memiliki sahabat yang kurang baik tanpa disadari akan merusak hubungan yang lainnya. Karena, baik-buruknya seseorang dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Disinilah peran sahabat yang baik itu penting untuk bisa menciptakan lingkungan yang baik pula.
5. Keluar Dari Kotak Pikiran
Pikiran manusia pada dasarnya sangat luas, holistik, dan universal, tanpa ada sekat, atau kotak. Seiring perjalanan waktu, kotak-kotak itu makin tajam dan justru mempersempit manusia itu sendiri. Manusia menjadi lebih tertutup. Melihat perubahan yang baru cenderung negatif dan memiliki ESP (ego centris perfectionist). Ia selalu merasa paling hebat dan menganggap orang lain lebih rendah darinya. Ada dua hal yang membuat pikiran kita terkotak-kotakkan: (1) pengalaman: dan (2) pengetahuan.
Pertama, pengalaman. Pengalaman memengaruhi 50 persen pola pikir seseorang. Seseorang yang pengalaman hidupnya cenderung hanya dengan satu warna, dia akan sangat sulit sekali terbuka. Ini berbeda dengan seseorang yang hidup dengan berbagai warna. Orang ini akan dengan sangat mudah membuka dirinya kepada sebuah perubahan. Begitupun apabila seseorang yang semasa hidup berkumpul dengan komunitas yang biasa menekan atau ditekan orang lain, ia sangat sulit bersikap ramah, murah senyum, dan baik hati. Ini sekali lagi berbeda dengan seseorang yang hidupnya penuh cinta, kasih sayang, dan perhatian. Orang yang terakhir ini akan sangat mudah bersikap murah senyum, lembut, dan penuh empati kepada orang lain.
Kedua, pengetahuan. Apa yang kita baca, dengar, lihat, rasa, dan ucap adalah pengetahuan. Mari kita jujur dengan diri sendiri. Seberapa besar kita melihat hal-hal yang positif, atau justru sebaliknya penglihatan ini sebagai pusat pengetahuan lebih banyak menatap dan menyaksikan halhal yang menyakitkan. Seseorang yang selalu melihat kekerasan dalam rumah tangga, tanpa disadari oleh dirinya, suatu saat dirinya pun bisa melakukan perbuatan yang sama buruknya dengan apa yang telah lampau dia lihat, meskipun setelahnya kesadarannya datang.
Apa yang kita dengar setiap hari juga tanpa disadari akan mengubah pola pikir kita dengan tajam. Seseorang yang sering mendengarkan gosip, akan cenderung ingin ikut campur dalam urusan orang lain serta senang melihat orang lain dalam kondisi tertekan. Sebaliknya, orang yang terbiasa mendengarkan mutiara-mutiara kejernihan, kerendahan hari, dan keagungan ilahi, akan cenderung lebih arif dan tahu diri dalam menyikapi persoalan yang dia lihat.
Tidak hanya sampai di sini, apa yang kita cium melalui indra ini pun sangat memengaruhi pola pikir, termasuk dengan siapa kita berkumpul, tangan yang kita miliki bersalaman dengan siapa saja. Ambil contoh, orang yang setiap hari bersalaman dengan orang-orang yang loyo, kurang bergairah, dan pesimistis. Ia pun akan terpengaruh pola laku orang yang ditemuinya itu. Begitupun sebaliknya. Orang yang selalu berjabat tangan dengan orang-orang yang penuh semangat dan antusias, akan memiliki pola pikir yang jauh lebih maju bila dibandingkan dengan yang sebelumnya. LF